Sekolah Kehidupan Lewat Traveling
Saya ingin bercerita apakah yang berlangsung ditahun 2018 di bulan September. Ditahun itu saya putuskan untuk isi berlibur cuti tahunan berkunjung ke rekan di Kanada. Namanya David. Ia tinggal di Brampton, Ontario, Toronto. Saya akan menjumpai beberapa sepupu yakni Nadya serta Rizky. 28 September 2018. Once upon a time, nestle in the heart of North America, straddled with heavy luggage. Saya dapat merasai keceriaan yang bergelora di diriku serta bersukacita. Saya telah berencana perjalanan ini semenjak tahun 2015, pada akhirnya kakiku mencapai Land of Maple.
Dari terlalu jauh saya lihat pria berkacamata serta kenakan polo shirt memiliki warna putih. Saya percaya ia melihatku. Lantas saya berteriak. DAVID! Ia membalas dengan senyum. Ia membantuku bawa barang bawaan. Kami ke arah tempat parkir. Saya memerhatikan situasi seputar. Saya lihat sinar matahari yang memiliki warna jelas keemasan. Awan memiliki warna biru pastel bersatu dengan merah muda. Angin sejuk menimpa muka seolah membisikkan namaku ditelinga dengan lembutnya. Saya berasa teduh serta damai. Selanjutnya saya menjelaskan ke David. Mari kita pergi! Lantas ia menjawab, "Kamu percaya?" Iya! Jawabku.
Pagi selanjutnya saya dibawa pergi David dengan mobil yang kami sewa. Kami dari mulai lihat panorama alam, kota serta usai dengan perjalanan kuliner. David membawaku ke sejumlah tempat seperti CN Tower Toronto, City Hall & Nathan Phillips Square, Eaton Center, Distillery District, Kensington Pasar serta Ontario Legislative Building.
Hari ke-5, David membawaku ke Le French Meetup de Toronto. Ini ialah group bahasa Prancis di Toronto. Pekerjaan digrup ini akan memberi kita peluang untuk bergaul. Berjumpa sama orang – orang baru, dan jadi wadah buat kita untuk belajar bahasa Prancis. Sebenarnya, saya benar-benar tidak pahami sedikitpun bahasa Prancis. Selanjutnya David mulai mengenalkanku dengan sebagian orang di group ini, serta saya masih bicara dengan bahasa Inggris. Saya terlihat ketakutan serta canggung serta putuskan untuk berdiri di pojok ruang.
Satu jam berlalu. Saya tetap berdiri di pojok serta David masih bercengkrama dengan beberapa rekannya. Mendadak salah orang dari group ini mendatangiku. Senyum terukir di mukanya. Karakter hangat tercermin dari sikap ramahnya. Dalam hati saya mengatakan, "Ah pada akhirnya ada seorang yang memerhatikanku saat saya seolah tidak nampak dalam keramaian. Saya berasa lega, ini ibarat meneguk air dingin ditengah-tengah gurun, kataku. Saya mengetahui jika telah bicara sama orang ini awalnya. Ia satu diantara rekanan David yang dikenalkan awalnya. Namanya George. Ia nampak pandai seperti David, sebab ia menggunakan kacamata. Asumsi kuno mengatakan jika kacamata memang membuat orang nampak bertambah pandai. Selanjutnya kami mulai bicara hal – hal yang umum, bicara mengenai negara asal kami. Saya menerka darimanakah dia berasal. Ia seperti terlihat berasal disini, Kanada, rambutnya memiliki warna pirang kecoklatan. Rupanya sangkaanku salah. George datang dari Jounieh. Dimana itu Jounieh? Jounieh berada di Lebanon. Ia barusan geser dari Lebanon ke Kanada. Dia sendirian serta sekarang ini keluarganya masih tinggal di Lebanon. Ia mulai membuat hidupnya di Kanada. Dia kerja untuk pengembang situs. Ia katakan jika benar-benar senang tinggal di Toronto.
Saya memberitahunya arahku berkunjung ke Kanada untuk berjumpa David serta beberapa sepupuku. Dia paham bila saya akan menelusuri Toronto semasa beberapa waktu. Sebelum kami akhiri pemberbicaraan, kami putuskan untuk berganti nomor telepon. Saya berasa seperti sudah kenal George awalnya, seperti teman dekat lama yang disandingkan kembali lagi.
Hari ke enam, sesudah Le French Meetup de Toronto. Saya serta George berganti pesan di Whatsapp. Kami berunding berencana tempat tatap muka kami. Saya ingin berjumpa dengan George lagi, sebab keesokan hari saya harus ke Ottawa serta Montreal untuk menjumpai Nadya serta Rizky. Pada akhirnya kami putuskan untuk berjumpa seputar jam 9 malam di Team Hortons (salah satunya restoran cepat saji yang cukup populer di Kanada). Waktu terus berdetak memperlihatkan jam 8.30 malam. Saya pergi ke arah Team Hortons, selanjutnya lihat George duduk di ujung. Lantas saya menyebutnya.
Kami terlibat perbincangan serta tidak sekaku dahulu. Kami share narasi mengenai keluarga, pekerjaan, serta cita – cita kami di hari esok. Beberapa lama bicara dengan George, saya menarik simpulan jika hidupnya seperti penjelajahan. Ia sudah berkunjung ke beberapa tempat indah di Yordania, Prancis, Portugal, Spanyol, Mesir serta Kanada.
Tatap muka itu ibarat pewahyuan buat diriku. Sebab waktu itu saya sarat dengan kebimbangan mengenai hari esok serta mimpiku merasa sirna. Tetapi sebab dengarkan ceritanya, saya mulai kembali lagi semangat. Ia mengilhamiku untuk lihat dunia yang unik serta luas ini dengan lakukan traveling. Ia menjelaskan kepadaku jika traveling bawa banyak faedah dalam kehidupannya. George mengatakan, "Entahlah bagaimana traveling akan membuat rasa yakin diri kamu Zefan." Disamping itu, akan meningkatkan rasa toleransi kita pada budaya lain. Traveling membuat langkah pandang kita bertambah lebih terbuka, hingga gampang buat kita untuk menghormati seseorang yang lain background, budaya serta tradisi istiadat.
Hari makin gelap serta kami putuskan untuk pulang.
Hari selanjutnya saya tinggalkan Toronto. Kota ini tinggalkan kesan-kesan yang cantik serta jejak pertemanan yang terikat di antara saya serta saudara baruku dari Jounieh, George. Kami masih melakukan komunikasi serta bicara mengenai musik di masa 90-an. Disamping itu kami seringkali berunding mengenai photografi. George tangkap banyak objek cantik serta merekam peristiwa indah di luar sana.
Dimulai oleh pembicaraan simpel, pada akhirnya kami sama-sama kenal keduanya.Kesempatan kali ini membawaku mempunyai saudara baru dari Jounieh. George ialah saudara yang bagus, dengan hati yang ikhlas serta jiwa berpetualang. Dia ialah deskripsi anak muda yang menginspirasiku agar bisa hidup mandiri serta berani. Ia tiba jauh dari Jounieh, Lebanon ke Toronto, Kanada untuk membuat hidupnya serta jalani mimpinya. Ia jauh dari keluarga, rekan serta zone nyamannya. Tapi dia dapat berada di kota besar ini, Toronto. Disamping itu, dia memperlihatkan kepadaku jika hidup itu tidak selamanya sama seperti yang kita kehendaki. Ini hari kita ada di atas serta keesokannya kita dapat terjerumus kebawah. Dalam kehidupan ini kita akan banyak menanti beberapa hal yang tidak tentu. Tetapi kita selalu harus optimistis serta pilih untuk mempunyai sikap hati yang betul serta bahagia.
Liburan di Kanada memberikanku banyak pengalaman bernilai mengenai hidup. Bukan hanya hanya itu saya berpeluang untuk bertandang ke sejumlah tujuan rekreasi yang menarik. Tetapi yang paling baik dari semua ialah pertemuanku dengan David serta keluarnya, beberapa sepupu terkasih Nadya, Rizky dan saudara baruku dari Jounieh, George.